Ada banyak makhluk hidup yang diciptakan Allah Swt di muka bumi. Menurut pemahaman kita selama ini, hanya ada tiga jenis makhluk hidup berdasarkan bahan dasarnya. Pertama, yang berbahan dasar cahaya, ialah malaikat. Kedua, yang berbahan dasar api, ialah jin, setan dan iblis. Dan ketiga, yang berbahan dasar tanah, ialah binatang, tumbuhan dan manusia.
Yang selama ini kita yakini, makhluk yang paling tinggi derajatnya adalah malaikat. Alasannya, malaikatlah makhluk yang paling taat kepada Allah Swt. Ketaatannya seratus persen, bahkan bisa melebihi itu. Allah Swt menyuruh seorang malaikat untuk berjalan, maka malaikat itupun akan berjalan tanpa henti, sebelum Allah sendiri yang menghentikan. Diperintahkan bersujud, rukuk, dll, merekapun taat melaksanakan titah itu tanpa protes dan tanpa menyetop tugas-tugasnya itu.
Tetapi pemahaman tersebut sebenarnya bisa benar dan bisa salah. Tergantung pada diri pribadi makhluk selain malaikat itu. Taruhlah dua makhluk lainnya, setan dan manusia, iman dan Islamnya rendah di hadapan Allah, maka jelas derajat mereka kalah telak dibanding malaikat. Dalam contoh ini, iblis dan setanlah yang sudah diganjar kontrak oleh Allah swt menjadi makhluk yang lebih rendah dibanding malaikat, sebab sudah berani menentang Allah.
Sedang manusia? Nah, inilah betapa Allah Swt telah menganugerahkan kepada manusia peluang untuk memperoleh derajat tinggi di mata Allah, melebihi makhluk lainnya. Caranya, tentu saja derajat iman dan Islamnya harus luar biasa. Ketauhidannya sangat terjaga. Akhlak mulia selalu dilakukannya. Bersosial dengan begitu indahnya. Dan segenap prestasi-prestasi lainnya di mata Allah Swt.
Salah satu contoh bahwa derajat manusia bisa saja lebih tinggi dari malaikat, dapat dicermati pada kisah Sayyidina Umar bin Khattab r.a. Seorang sahabat dan sekaligus mertua Nabi Muhammad Saw, yang sudah dikenal tegas dan cerdas. Bahkan ketegasan itulah yang menginspirasi Nabi Saw untuk mau berdakwah dengan terang-terangan.
Tentang dakwah terang-terangan, argumentasi yang dipakai Sayyidina Umar sederhana tapi sangat logis. Menurut beliau, kalau kemaksiatan, kejahatan, kekufuran orang-orang kafir Quraisy saat itu bebas dilakukan dengan terang-terangan, maka dakwah Islamiah pun harus pula dilakukan dengan terang-terangan pula. Perhitungannya, dakwah Nabi Saw yang selama ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sebenarnya bukanlah lawan yang sepadan dengan kemaksiatan dan kekufuran di zaman itu yang dilakukan dengan terang-terangan. Sederhananya, yang terang-terangan harus diimbangi dengan yang terang-terangan pula. Vis a vis.
Pasca peristiwa itulah, Nabi Saw kemudian berdakwah dengan terang-terangan. Islam pun tersebar ke mana-mana. Melewati pergantian zaman yang berbagai rupa. Menyeberangi lautan. Meluas hingga ke benua-benua yang selama itu tidak diketahui. Hingga sampai sekarang, dimana umat Islam di dunia sudah mencapai populasi sekira 1,8 milyar dari 7,3 milyar manusia yang hidup di muka bumi ini. Jumlah populasi umat Islam yang sangat besar itu, patutlah disadari, diawali dari jasa Sayyidina Umar bin Khattab yang memotivasi Nabi Saw agar sudi berdakwah secara terang-terangan.
Luar biasa. Benar-benar Sayyidina Umar adalah sosok penting bagi peradaban Islam. Tak pelak, beliaupun dikagumi banyak orang lintas generasi. Disamping karena keberaniannya, juga didasari kecerdasannya dalam menyelesaikan masalah. Bahkan untuk yang satu ini, beliau dikenal sebagai sahabat Nabi yang ahli dalam berijtihad. Silakan baca buku tentang biografi beliau, yang sangat kaya dengan karya ijtihadnya.
Ada sebuah cerita menarik yang disampaikan Gus Baha’ saat pengajian Tafsir Jalalain yang diampunya. Cerita tentang keberanian dan ketegasan Sayyidina Umar yang memang saat itu sudah dikenal sebagai jawara Mekkah.
Suatu ketika Sayyidina Ali berdialog dengan beberapa sahabat lainnya. Dalam obrolan itu beberapa sahabat menanyakan kepada Sayyidina Ali, kira-kira – karena Sayyidina Umar telah wafat – apakah keberanian dan ketegasan Sayyidina Umar di dunia selama hidupnya akan terjadi pula ketika beliau di alam barzakh dan akhirat? Sepertinya mereka sangat ingin tahu bagaimana Sayyidina Umar ketika sudah beralih ke alam barzakh.
Tidak disangka, beberapa hari kemudian, Allah Swt membuka kasyaf pada diri Sayyidina Ali. Kasyaf itu terbuka ketika Sayyidina Ali bermimpi di dalam tidurnya, mengetahui bagaimana kondisi Sayyidina Umar di alam kubur. Dan ternyata, persangkaan para sahabat tadi benar-benar terjadi.
Dalam penglihatan Sayyidina Ali ketika Sayyidina Umar baru saja dimakamkan, beliau didatangi malaikat penanya dalam kubur. Siapa lagi kalau bukan Munkar dan Nakir. Dua malaikat itu mendatangi Sayyidina Umar dengan wajah yang sangar. Matanya merah membara dan raut mukanya bengis, ingin segera menginterogasi jenazah yang baru dimakamkan.
Apa yang terjadi? Ketika dua malaikat dengan muka sangar itu hendak memulai berbicara, sudah langsung dibentak Sayyidina Umar.
“Hai, untuk apa kalian mendatangi aku dengan muka sangar seperti itu? Apakah kalian tidak tahu bahwa yang kalian datangi ini adalah orang yang sangat mencintai Allahnya dan menyayangi Nabinya?”
Kontan, setelah mendengar kalimat-kalimat tegas dari Sayyidina Umar, kedua malaikat itu pun tidak berani meneruskan tugasnya. Kemudian keduanya melapor di hadapan Allah, gerangan siapakah pria tegas tadi. Barulah mereka paham setelah dijelaskan oleh Allah, bahwa pria tersebut adalah Sayyidina Umar. Seseorang yang berjiwa tegas, sekaligus berhati sangat lemah lembut. Apalagi ketika membaca untaian kalamullah di dalam al-Qur’an. Wallahu a’lam
Yang selama ini kita yakini, makhluk yang paling tinggi derajatnya adalah malaikat. Alasannya, malaikatlah makhluk yang paling taat kepada Allah Swt. Ketaatannya seratus persen, bahkan bisa melebihi itu. Allah Swt menyuruh seorang malaikat untuk berjalan, maka malaikat itupun akan berjalan tanpa henti, sebelum Allah sendiri yang menghentikan. Diperintahkan bersujud, rukuk, dll, merekapun taat melaksanakan titah itu tanpa protes dan tanpa menyetop tugas-tugasnya itu.
Tetapi pemahaman tersebut sebenarnya bisa benar dan bisa salah. Tergantung pada diri pribadi makhluk selain malaikat itu. Taruhlah dua makhluk lainnya, setan dan manusia, iman dan Islamnya rendah di hadapan Allah, maka jelas derajat mereka kalah telak dibanding malaikat. Dalam contoh ini, iblis dan setanlah yang sudah diganjar kontrak oleh Allah swt menjadi makhluk yang lebih rendah dibanding malaikat, sebab sudah berani menentang Allah.
Sedang manusia? Nah, inilah betapa Allah Swt telah menganugerahkan kepada manusia peluang untuk memperoleh derajat tinggi di mata Allah, melebihi makhluk lainnya. Caranya, tentu saja derajat iman dan Islamnya harus luar biasa. Ketauhidannya sangat terjaga. Akhlak mulia selalu dilakukannya. Bersosial dengan begitu indahnya. Dan segenap prestasi-prestasi lainnya di mata Allah Swt.
Salah satu contoh bahwa derajat manusia bisa saja lebih tinggi dari malaikat, dapat dicermati pada kisah Sayyidina Umar bin Khattab r.a. Seorang sahabat dan sekaligus mertua Nabi Muhammad Saw, yang sudah dikenal tegas dan cerdas. Bahkan ketegasan itulah yang menginspirasi Nabi Saw untuk mau berdakwah dengan terang-terangan.
Tentang dakwah terang-terangan, argumentasi yang dipakai Sayyidina Umar sederhana tapi sangat logis. Menurut beliau, kalau kemaksiatan, kejahatan, kekufuran orang-orang kafir Quraisy saat itu bebas dilakukan dengan terang-terangan, maka dakwah Islamiah pun harus pula dilakukan dengan terang-terangan pula. Perhitungannya, dakwah Nabi Saw yang selama ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sebenarnya bukanlah lawan yang sepadan dengan kemaksiatan dan kekufuran di zaman itu yang dilakukan dengan terang-terangan. Sederhananya, yang terang-terangan harus diimbangi dengan yang terang-terangan pula. Vis a vis.
Pasca peristiwa itulah, Nabi Saw kemudian berdakwah dengan terang-terangan. Islam pun tersebar ke mana-mana. Melewati pergantian zaman yang berbagai rupa. Menyeberangi lautan. Meluas hingga ke benua-benua yang selama itu tidak diketahui. Hingga sampai sekarang, dimana umat Islam di dunia sudah mencapai populasi sekira 1,8 milyar dari 7,3 milyar manusia yang hidup di muka bumi ini. Jumlah populasi umat Islam yang sangat besar itu, patutlah disadari, diawali dari jasa Sayyidina Umar bin Khattab yang memotivasi Nabi Saw agar sudi berdakwah secara terang-terangan.
Luar biasa. Benar-benar Sayyidina Umar adalah sosok penting bagi peradaban Islam. Tak pelak, beliaupun dikagumi banyak orang lintas generasi. Disamping karena keberaniannya, juga didasari kecerdasannya dalam menyelesaikan masalah. Bahkan untuk yang satu ini, beliau dikenal sebagai sahabat Nabi yang ahli dalam berijtihad. Silakan baca buku tentang biografi beliau, yang sangat kaya dengan karya ijtihadnya.
Ada sebuah cerita menarik yang disampaikan Gus Baha’ saat pengajian Tafsir Jalalain yang diampunya. Cerita tentang keberanian dan ketegasan Sayyidina Umar yang memang saat itu sudah dikenal sebagai jawara Mekkah.
Suatu ketika Sayyidina Ali berdialog dengan beberapa sahabat lainnya. Dalam obrolan itu beberapa sahabat menanyakan kepada Sayyidina Ali, kira-kira – karena Sayyidina Umar telah wafat – apakah keberanian dan ketegasan Sayyidina Umar di dunia selama hidupnya akan terjadi pula ketika beliau di alam barzakh dan akhirat? Sepertinya mereka sangat ingin tahu bagaimana Sayyidina Umar ketika sudah beralih ke alam barzakh.
Tidak disangka, beberapa hari kemudian, Allah Swt membuka kasyaf pada diri Sayyidina Ali. Kasyaf itu terbuka ketika Sayyidina Ali bermimpi di dalam tidurnya, mengetahui bagaimana kondisi Sayyidina Umar di alam kubur. Dan ternyata, persangkaan para sahabat tadi benar-benar terjadi.
Dalam penglihatan Sayyidina Ali ketika Sayyidina Umar baru saja dimakamkan, beliau didatangi malaikat penanya dalam kubur. Siapa lagi kalau bukan Munkar dan Nakir. Dua malaikat itu mendatangi Sayyidina Umar dengan wajah yang sangar. Matanya merah membara dan raut mukanya bengis, ingin segera menginterogasi jenazah yang baru dimakamkan.
Apa yang terjadi? Ketika dua malaikat dengan muka sangar itu hendak memulai berbicara, sudah langsung dibentak Sayyidina Umar.
“Hai, untuk apa kalian mendatangi aku dengan muka sangar seperti itu? Apakah kalian tidak tahu bahwa yang kalian datangi ini adalah orang yang sangat mencintai Allahnya dan menyayangi Nabinya?”
Kontan, setelah mendengar kalimat-kalimat tegas dari Sayyidina Umar, kedua malaikat itu pun tidak berani meneruskan tugasnya. Kemudian keduanya melapor di hadapan Allah, gerangan siapakah pria tegas tadi. Barulah mereka paham setelah dijelaskan oleh Allah, bahwa pria tersebut adalah Sayyidina Umar. Seseorang yang berjiwa tegas, sekaligus berhati sangat lemah lembut. Apalagi ketika membaca untaian kalamullah di dalam al-Qur’an. Wallahu a’lam
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar hanya dengan keseriusan hati dan fikiran Anda