Langsung ke konten utama

Pergeseran Arti Penting Persahabatan


Zaman ini, dengan semua sarananya yang luar biasa, berhasil melahirkan perubahan besar. Khususnya komunikasi yang mudah. Sehingga panjangnya jarak bukan lagi menjadi persoalan.

Jarak yang jauh tetap bisa digunakan untuk mencipta kehangatan. Siapapun kepada siapa yang lain, akan bisa berkomunikasi, baik verbal maupun tulisan. Tentu dengan peralatan yang memadai yang disebuat hape. Alat yang kecil bentuknya, namun punya fasilitas yang pro manusia.

Jadilah yang dipisah jarak, kini bisa sangat dekat. Bahkan kedekatannya bisa melebihi kepada keluarganya sendiri. Pertautan perasaan kepada teman jauh dan sudah lama tidak bertemu, itulah inti dari persahabatan.

Dalam ruang virtual, orang kini bisa membangun persahabatan baik kepada individu maupun komunitas. Biasanya komunitas tersebut sudah membentuk diri dalam satu wadah yang dinamakan group. Nampaknya, group inilah bentuk persahabatan yang paling mutakhir di era virtual-digital ini.

Tiap hari, bahkan tiap menit akan bermunculan banyak dialog di halaman group itu. Biasanya ada yang memunculkan wacana. Kemudian wacana itu mendapat respon dari anggota lainnya. Tentu dengan berbagai argumentasi yang mereka ketahui.

Percakapan dalam group tersebut sering pula diisi dengan dialog yang sangat biasa. Atau dialog keseharian, yang memakai bahasan keakraban. Sehingga seperti percakapan nyata antara dua atau lebih orang yang sedang duduk bersama, dilambari ngopi hangat.

Biasanya setelah persabatan melalui dunia maya itu sudah dianggap penat, maka diwujudkanlah kopi darat. Orang menyebutnya reuni. Sebuah pertemuan nyata antara beberapa teman yang telah lama terpisah.

Sekarang inilah reuni bisa dilakukan dengan sangat gampang. Cukup dengan sekali pijat, semua bisa tersambung dan tahu tentang apa yang disampaikan. Berbeda dengan zaman dulu. Untuk mengantar surat ke alamat yang dituju, orang harus berkeringat dan lelah. Kadang timbul jengkel. Namun demi kesuksesan acara reuni, ada yang mengorbankan diri menjadi martir. Ia mengelilingi kota, bahkan melompat dari kota ke kota.

Tapi jangan dulu dianggap jika era atau zaman yang memudahkan bertemunya kita dengan sahabat, membuat kita sudah tepat dalam kehidupan. Betul, ini kegelisahan yang muncul dalam batin penulis. Sebab dalam pengamatan penulis, banyak hal sepele, remeh temeh, tapi dianggap sangat penting dan penuh makna.

Inilah jebakan yang mungkin dipasang para pemilik fasilitas virtual-digital. Jebakan dalam wujud dijauhkannya kita dari agenda kehidupan yang lebih luas, dalam dan hakiki. Sebab, model persahabatan yang kelihatan semakin akrab, namun hanya remeh temeh yang dikerjakannya, akan bisa menidurkan diri. Ya, kita akan ditidurkan atau disemaputkan dari hal-hal yang urgen, penting dan pokok.

Mengapa? Karena memang sifat manusiawi kita sangatlah melankolis. Kita, lebih menyukai mengingat sejarah kehidupan kita dengan sahabat kita. Sejarah yang indah di zaman-zaman sekolah dulu. Apalagi sejarah tentang mantan kekasih. Padahal, kita ini hidup di zaman ini dan menatap di masa depan. Dua masa, kini dan akan datang, tentu dipenuhi realitas tantangan yang lebih besar dan rumit.

Oleh karenanya, sewajarnya persahabatan model sekarang dibatasi dengan tanggung jawab masa kini dan masa depan kita. Terkadang memang kita perlu tercerabut dari pilahan-pilahan masa lalu. Agar bisa sepenuhnya mengerjakan masa kini dan masa depan, untuk meraih kehakikian manusia di kehidupan ini.  






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapaknya Satpam, Anaknya Doktor: Refleksi Hari Pendidikan Nasional

Kemarin malam (02/05/2018) talkshow Hitam Putih yang ditayangkan Trans7, mengundang beberapa bintang tamu. Di edisi spesial Hari Pendidikan Nasional tersebut, tontonan insipratif yang digawangi Deddy Corbuzier dan dikerneti Okky Lukman itu mendatangkan satu keluarga dari Yogyakarta. Keluarga tersebut sangatlah luarbiasa. Kisahnya sangat inspiratif, terutama bagi keluarga-keluarga lainnya, dalam hal betapa besar pengorbanan orangtua terhadap pendidikan anak. Ayah, yang bernama Teguh Tuparman, profesinya hanya sebagai satpam. Ibu, namanya Sri, berjualan di warung kecil miliknya. Bisa dibayangkan bahwa profesi keduanya itu pasti menggambarkan betapa keluarga tersebut sangatlah sederhana. Keluarga yang sangat minim ekonomi. Atau, keluarga yang pas-pasan. Namun kondisi ekonomi yang pas-pasan itu, tidak menutup semangat keduanya untuk mengkuliahkan ke-empat anaknya. Paling luarbiasa mampu menanggung biaya kuliah S3 putri tertuanya, bernama Retnaningtyas Susanti. Di acara yang selalu ...

Kejujuran Tak Butuh Dipertahankan Mati-matian

Jamak di masyarakat kita bahwa yang namanya pernyataan itu butuh bukti yang menguatkan. Bukti diajukan agar pernyataan yang dikeluarkannya tidak dianggap bualan belaka. Apalagi yang ada hubungannya dengan berita atau informasi. Orang kalau ingin informasi yang disampaikannya dipercaya orang lain, maka salah satu unsur utamanya adalah adanya bukti. Semakin bukti itu masuk akal, semakin dipercayailah informasi tersebut. Kita pasti pernah mengalami dua hal. Pertama, kita dimintai bukti oleh orang lain atas ucapan kita. Dan kedua, kita juga pernah meminta bukti dari orang lain atas ucapannya. Oleh karena itu bukti dan ucapan atau informasi ibarat pasangan suami istri yang tidak boleh diceraikan. Sebab kalau suatu saat diceraikan, maka si pengucap pernyataan tanpa adanya bukti bisa dicap “gedabrus” oleh orang lain. Orang kampung sangatlah menjauhi pangkat “gedabrus” menempel di pundaknya. Memang dari cara pengucapannya, kata “gedabrus” itu terkesan lucu. Kata yang sama sekali tidak t...

Orkes Moralitas

Kita pasti masih teringat pada seorang politisi yang menyorong kata-kata “bangsat” kepada organ-organ yang ada di sebuah institusi pemerintahan, di beberapa bulan yang lalu. Kita juga pasti belum alpa pada seorang tokoh nasional yang mendaku diri dan golongannya sebagai anggota partai Allah dan yang tidak sama dengannya dipelakati sebagai anggota partai setan. Masih menancap pula di memori kita, tentang makian dan cacian dari banyak orang yang ditujukan pada sosok Gus Dur (1940-2009) dengan banyak kata: picek , buta mata hati, liberal, antek Yahudi, dll. Sampai kematiannya di tahun ke 9 pun, ironisnya, sosok kosmopolit ini terus saja mendapat umpatan dan hinaan dari beberapa pihak. Masih terkenang pula perlakuan pada sosok Gus Mus, seorang kiai-budayawan, yang disepelekan seorang anak muda dengan kata: ndasmu . Untungnya kasus ini sudah ditutup, dan yang menutup adalah Gus Mus sendiri. Dengan kearifannya, Gus Mus memaafkan ulah orang yang menghinanya itu. Belum lama ini, ...