Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Pendapat Seimbang Tentang Ucapan “Selamat Natal”

Beberapa hari mendatang, tepatnya 25 Desember 2017, umat Kristiani seluruh dunia akan melaksanakan perayaan Natal. Perayaan tersebut sebenarnya adalah hari raya memperingati kelahiran Yesus atau Isa al-Masih, menurut anggapan mereka. Gegap gempita kebahagiaan mereka sudah nampak di beberapa minggu ini. Di negeri kita, perayaan Natal ini selalu diwarnai dengan pro kontra yang sepertinya sulit dihilangkan. Salah satunya dihembuskan oleh beberapa kalangan muslim yang berpendapat keharaman mengucapkan “selamat Natal”. Bahkan MUI juga telah memfatwakan haram pada muslim yang mengucapkan itu. Dengan alasan akan menodai ketauhidan, sebab umat Kristiani menganut trinitas. Di sekian media juga telah ditayangkan beberapa pendapat para ustad dan habib tentang keharaman tersebut. Mereka mendasari keharaman tersebut dengan berbagai macam argumentasi yang dikutip dari ulama-ulama terdahulu. Mereka mengambil hujjah dari kitab yang dibaca dan dijadikan referensinya. Tidak ada yang salah

Palestina Adalah Perjuangan

Jangan dikira klaim Donald Trump akan sekejap mampu meruntuhkan Palestina. Jangan disangka koar-koar negara-negara maju di Eropa yang menolak klaim Trump, tapi tidak ada bukti nyata, mampu merobohkan nurani perang rakyat Palestina. Jangan dikira pula bantuan negara-negara Islam, sekalipun sekedar dukungan di wilayah-wilayah lain bukan dalam hal politik, akan membuat rakyat Palestina menyerah begitu saja. Sebenarnya klaim Donald Trump itu hanyalah sinyalemen bahwa presiden bedebah tersebut ingin mengukur, kira-kira berani gak negara-negara lainnya melawan keputusan Amerika Serikat. Ternyata benar menurut perkiraan Trump, bahwa mereka semua tidak ada yang berani melawan Amerika Serikat. Beraninya hanya menolak, menolak dan menolak, sama sekali tidak ada langkah perlawanan. Kecuali rakyat Palestina dan gerakan-gerakan lainnya. *** Palestina itu negeri dengan wilayah yang sangat sempit. Bahkan hampir tiap tahun mengalami penggerusan oleh langkah sepihak Israel yang terus melakukan p

Maut Tidak Semerdu Musik Dangdut

Setiap menghadapi kemacetan di tengah jalan, selalu memasang sikap waspada adalah kunci utama. Seperti yang aku alami sore tadi. Ruteku pulang dari Surabaya mulai Medaeng sampai jembatan layang Trosobo macet. Padahal tidak ada penyebab yang nyata. Akupun memasang kewaspadaan dari seluruh arah, depan belakang samping kanan dan kiri, barangkali ada kendaraan yang nyelonong menyalahi aturan. Jadilah jalan raya jalur ke barat arah ke Mojokerto disesaki mobil-mobil besar. Seperti biasanya, diantara para mobil besar itu, bus umumlah yang paling merajai. Sesaat ada di sisi kanan, tiba-tiba sesaat kemudian ngebut menuju sisi kiri, menurunkan atau menaikkan penumpang. Bagi pengendara motor, saat bus ada di sisi kiri jalan raya, disitulah saatnya sikap sabar dipasang. Tapi memang sabar adalah satu-satunya alternatif, tidak ada lainnya. Sekarang coba dipikir kalau tidak sabar, apa mau kita berhadapan dengan sopir bus yang ugal-ugalan. Apa tidak dipikir ulang motor yang kecil berhadapan deng

Sekali-kali Pakailah Jasa Mereka

Sejenak mari kita menengok realitas di kanan kiri keberadaan kita. Di lingkup paling lekat dengan kehidupan nyata yang menegaskan fakta-fakta yang boleh jadi sering kita abaikan. Kita abai karena sebagian besar waktu terlalu banyak dihabiskan bernapas di ruang kehidupan yang sangat jauh jaraknya. Ruang kehidupan yang bernama media sosial, yang pendaran jangkauannya puluhan bahkan ratusan ribu kilo meter, melintasi dunia global. Seperti beberapa hari yang lalu, aku dihenyakkan oleh sebuah fakta sosial yang aku yakin masihlah banyak terjadi, dan itu ada di dekat kehidupan kita. Mungkin, aku ini masuk kualifikasi orang yang tidak berpijak pada realita terdekat itu. Sehingga yang nampak dekat justru tidak aku gubris. Bahkan sekedar direnungkan. Siang itu, aku dihenyakkan oleh seorang tukang jasa wenter yang melintas di depan rumah. Dia masih muda. Nampak dari wajah yang sempat aku lihat. Sambil mengayuh sepeda jengki birunya ia berteriak, “Wenter-wenter”. Oh Tuhan, tiba-tiba

Membaca Ganti Hati-nya Dahlan Iskan

Sekarang koleksi buku saya berjumlah lima ratusan judul. Terdiri dari beberapa kategori: agama, sains, filsafat, sosiologi, sejarah, sastra, antrolopogi, populer, dan lain-lainnya. Yang paling banyak tentu saja buku-buku agama, yang selama ini telah memberikan kepada saya manfaat yang luar biasa besar. Diantara buku-buku tersebut, ada satu yang menjadi favorit saya. Buku itu berjudul Ganti Hati, sebuah buku populer yang ditulis Dahlan Iskan, mantan CEO Jawa Pos, yang menarasikan peristiwa cangkok liver yang pernah ia jalani di rumah sakit Yi Zhong Xin Yi Yuan (First Centre Hospital) di Kota Tianjin Tiongkok, dengan begitu detail. Karena buku populer maka saya berani menggaransi semua orang pasti sanggup membaca isi buku tersebut. Tulisannya begitu renyah dan mudah dipahami. Itulah kelebihan pak Dahlan yang mampu menyuguhkan tulisan remeh temeh tapi mendalam. Sebetulnya buku ini sudah terbit sepuluh tahun silam sekira tahun 2007. Tapi saya baru memperolehnya beberapa minggu

Maulud Nabi

Minimal munculkanlah rasa suka cita atas kelahiran Muhammad Saw di dunia ini, biarpun satu noktah. Sekalipun tak memperingatinya dengan peringatan besar-besaran. Mungkin hanya itu yang memang anda bisa lakukan, untuk seorang yang belum ada padanannya di dunia ini. Bahkan tak akan ada lagi yang seperti itu. Atau kalau punya harta yang lebihnya banyak, bolehlah memperingatinya dengan konsep yang lebih besar. Konsep yang meriah dan meaningfull (penuh makna). Misalkan mengundang warga, kemudian dibacakan Maulid Nabi, kemudian mereka kita beri makan. Memperingati kelahiran sang kekasih Allah dengan cara memberikan kebahagiaan kepada orang lain bisa jadi akan mengena. Tepat seperti sosok beliau yang meaningfull pula. Peringatan tanpa memberikan makna terutama kepada kita sendiri, saya kira akan muspra belaka. Oleh karenanya salah satu semangat memperingati Muhammad Saw adalah menghidupkan nilai-nilai penting kehidupannya. Kehidupan yang sangat sempurna. Seimbang antara kepentingan di

Ramanujan dan Pengetahuan dari Tuhan

Kemarin malam saya begadang. Memulainya ketika anak sulung saya baru tertidur pulas. Anak saya yang ragil sudah lebih dulu tidur setengah jam lebih awal. Istriku, juga tertidur mendampingi anak saya yang ragil. Saya sendiri baru bisa memejamkan mata sekira pukul 02.30 dini hari. Setelah usainya aktifitas begadang saya. Saya begadang ditemani laptop kesayangan. Tapi kemarin malam tidak ada tulisan yang saya susun. Saya sengaja untuk tidak menulis. Lebih khusus, saya memang ingin meluangkan waktu untuk menonton film yang sudah beberapa minggu saya koleksi tapi belum sempat diputar. Hampir semua koleksi film di hardisk laptop saya tergolong film serius, yang basicnya kisah nyata. Saya menggolongkannya sebagai film serius karena tidak ada eksien tembak menembak atau bela diri. Tidak ada pula animasi. Sangat sedikir komedi. Film yang basisnya true story memang tergolong serius, alurnya berurutan, lambat, dan terkadang ampang bagi sebagian orang. Sayapun tidak heran kalau

Mengikuti Mazhab Istri

Istri mengikuti arahan suami adalah hal lumrah karena ia sebagai tuntunan agama. Terutama arahan-arahan yang bernilai positif dan tidak melanggar norma agama. Oleh karenanya jika sebaliknya si suami mengarahkan si istri di jalan yang melanggar norma, ajaran agama membolehkan istri tersebut menolak ajakan suaminya. Praktik di ranah faktual, ajaran ini menjadi budaya di banyak keluarga, apalagi keluarga muslim yang memang memegang doktrin tentang ketaatan istri pada suami tersebut. Akan banyak hal baru yang dapat kita sadari dan anggap normal manakala kita selidiki perilaku kerumahtanggaan kita. Konkretnya, ternyata disamping istri manut pada suami, terjadi pula suami harus manut pada istri. Apakah ada dalil agama di kenyataan bagian kedua itu? Silakan dicari sendiri saja ya. Kalau sudah nemu tolong saya juga diberi tahu. Kenyataan sosiologis suami nurut pada istri saya rasa banyak pula terjadi. Dan hal ini sah-sah saja. Tidak ada yang salah. Toh memang sebuah kebenaran tidak h

Mencari Penolong Indonesia

Pembelahan semakin kelihatan menganga. Anak-anak muda yang gaweannya membuka-buka gawainya, mereka sudah terbelah. Dalam pembelahan yang saling dibenturkan. Mereka saling berhadap-hadapan. Epistemologi mereka benar-benar menjadi berbeda. Hanya dua yang ia jadikan sandaran berpikir. Kalau tidak epistemologi penguasa yang terus ingin jadi penguasa, pasti satunya lagi epistemologi anti penguasa yang sebenarnya sangat mencita-citakan ingin segera jadi pengusa. Dalam urusan epistemologi saja mereka berbeda. Padahal epistemologi kita itu Indonesia. Ontologi kita juga Indonesia. Apatah lagi aksiologi kita, bahkan yang terakhir ini semuanya untuk Indonesia. Apakah kamu itu kerdil, jangkung, kulit putih, setengah hitam, pakai bahasa Banjar atau bahasa Bugis, pedagang, politisi atau tukang jual kerupuk, kalau kamu hidupnya di tanah Indonesia, ya aksiologi kita untuk kalian. Kita ini kalian, kalian adalah kita. Tapi heran, aku yang heran, mana Indonesia kita. Mana nusantara kita. Se

Sapere Aude

Zaman berubah sangat drastis. Perubahan yang terlihat bukan pada kematangan berpikir, tetapi pada semakin membengkaknya tubuh disebabkan perut terisi bertumpuk-tumpuk makanan; informasi. Diandaikan sebagai sebuah ceruk, maka zaman ini terlihat super mongkok dan akan meledak. Ibarat lever yang bengkak dan mengeras. Kata medis, menunjukkan sirosis menempel di lever kita dan usia tak lebih 6 bulan berjalan. Karena gemuk dan obesitas, maka zaman ini sulit berjalan. Kaki-kaki pegal menahan tubuh yang terus menggelembung. Sementara jantung sangat sulit berdetak. Sesak napas karena lemak menutupi jantung dan paru. Kadar gula terus bertambah. Entah kapan zaman yang kaya informasi tapi miskin nalar ini akan menemui malaikat izrailnya. Saya tidak kepingin zaman ini mati secepatnya. Kasihan anak-anak saya. Kasihan juga dengan ponakan-ponakan saya. Mereka masih kecil. Belum tau enaknya bermain facebook. Belum pernah merasakah bahagianya diri ketika foto narsis di instagram dikagumi banya