Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Hikayat Sekendi Air

Diceritakan dalam Matsnawi, karya monumental Jalaluddin Rumi, terdapatlah sepasang suami istri bersuku Badui sedang berdialog di gubuknya. Mereka, tergolong keluarga yang tidak punya kekayaan seperti orang lain. Hidup mereka terlampau miskin. Sampai urusan makan sehari-hari, mereka kesulitan memenuhinya. Dalam kondisi kemiskinan dan kesusahan itulah, di malam itu, istri Badui menyampaikan keluh kesahnya kepada suami. Ia tak kuat menanggung itu semua. “Kita menanggung derita kemiskinan dan kesusahan yang berkepanjangan. Sedangkan di luar sana seluruh dunia hidup penuh kebahagiaan. Hanya kita yang tidak bahagian. Kita tidak punya roti. Bumbu masak kita hanyalah penderitaan dan kecemburuan. Kita tidak punya sepoci air sekalipun, dan air yang kita miliki hanyalah tetesan air mata..... Ketika hari berganti malam, kita resah akibat kekurangan makan sehari-hari. Keluarga maupun orang asing lari meninggalkan kita bagai rusa lari menjauhi manusia.” Untuk merespon keluh kesah istrinya, su

Kejujuran Tak Butuh Dipertahankan Mati-matian

Jamak di masyarakat kita bahwa yang namanya pernyataan itu butuh bukti yang menguatkan. Bukti diajukan agar pernyataan yang dikeluarkannya tidak dianggap bualan belaka. Apalagi yang ada hubungannya dengan berita atau informasi. Orang kalau ingin informasi yang disampaikannya dipercaya orang lain, maka salah satu unsur utamanya adalah adanya bukti. Semakin bukti itu masuk akal, semakin dipercayailah informasi tersebut. Kita pasti pernah mengalami dua hal. Pertama, kita dimintai bukti oleh orang lain atas ucapan kita. Dan kedua, kita juga pernah meminta bukti dari orang lain atas ucapannya. Oleh karena itu bukti dan ucapan atau informasi ibarat pasangan suami istri yang tidak boleh diceraikan. Sebab kalau suatu saat diceraikan, maka si pengucap pernyataan tanpa adanya bukti bisa dicap “gedabrus” oleh orang lain. Orang kampung sangatlah menjauhi pangkat “gedabrus” menempel di pundaknya. Memang dari cara pengucapannya, kata “gedabrus” itu terkesan lucu. Kata yang sama sekali tidak t

Runtuhnya Tahta Moral Pendidikan

Akhir-akhir ini banyak kasus kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan kita. Mulai dari tingkat terendah, Sekolah Dasar, sampai perguruan tinggi. Sebagian besar kita, pasti ikut pula menyelami kasus-kasus tersebut. Terutama yang viral di media masa. Di jenjang Sekolah Dasar (SD), kasus-kasus kekerasan terjadi baik dilakukan oleh guru kepada murid, maupun wali murid kepada guru. Kita bisa mencermati kasus-kasus tersebut di banyak media massa. Terjadi di rentang waktu sekira sepuluh tahunan ini. Hingga kini, nampaknya kasus-kasus tersebut tidak mengalami penyusutan. Kecenderungannya terus bertambah dan bertambah. Menurut catatan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) di tahun 2017 saja, sebaran kasus ini terjadi di banyak daerah antara lain Jakarta, Sukabumi, Indramayu, Bekasi, Bangka Belitung, Medan, Aceh, Lombok Barat dan lain-lainnya, seperti diberitakan tirto.id (6/11/2017). Di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga sering terjadi kasus-kasus kekerasan. Baru-baru ini

Sentilan Sentilun tentang Pasal Penghinaan Presiden

Pasal penghinaan Presiden yang dimasukkan ke dalam rancangan KUHP yang akan digodog DPR nampaknya akan terus menuai kecaman. Di awal wacana ini berhembus, banyak orang yang mempermasalahkan pasal tersebut. Menurut mereka pemasukan pasal ini akan membuat demokrasi menjadi terancam. Terutama pada kebebasan berpendapat, dalam hal ini mengungkapkan kritik kepada Presiden sebagai pemangku tertinggi pemerintahan. Adanya pasal ini yang tentu akan memunculkan hukuman, dikhawatirkan akan menjadi faktor ketakutan bagi seluruh warga negara. Yang ingin mengkritik kebijakan pemerintah akan berpikir beberapa kali. Sekalipun ia sebenarnya punya banyak data sebagai argumentasi kritiknya. Siapapun yang akan mengkritik Presiden akan sangat diliputi kegamangan. Karena ada hukuman yang menunggu jika benar-benar terbukti bersalah. Selanjutnya, wacana ini terus bergulir hingga pada akhirnya mengerucut dengan banyaknya saran yang lebih fleksibel agar jika pasal ini jadi digodog, maka tidak usahlah dimas

Bangganya Gus Ahmad Tidak Memiliki Mobil

Untuk ukuran kyai yang sering mengisi pengajian di beberapa tempat, selayaknya Gus Ahmad memfasilitasi diri dengan kendaraan yang proporsional. Maksud saya, Gus Ahmad harusnya memiliki kendaraan roda empat (mobil) untuk mempermudah tugas dakwahnya itu. Namun hingga sekarang beliau masih seperti dulu. Istiqamah menggunakan motor andalannya, Honda Beat. Santri Gus Ahmad jumlahnya ratusan. Alumninya bahkan sudah ribuan. Mereka berasal dari berbagai pelosok daerah di Jawa Timur. Sering ketika ada acara pernikahan santrinya, Gus Ahmad kerap diundang untuk memberi nasihat. Jika tempatnya dekat, dalam lingkup daerah sendiri atau pula kalau luar daerah tapi masih bisa ditempuh memakai motor, maka Gus Ahmadpun memakai motornya itu. Jika tempatnya jauh maka biasanya beliau menyewa mobil carteran. Teman saya pernah punya pengalaman mobilnya disewa Gus Ahmad. Kebetulan dirinya sendiri yang menjadi driver-nya. Yang lucu ia pernah diminta Gus Ahmad mengantar ke sebuah pesantren di luar daerah,

Ada Tuhan di Balik Gerhana

Alam semesta, bagi sebagian orang dirasa masih menjadi misteri yang belum terungkap hingga kini. Salah satu yang menjadi misteri tersebut adalah ada tidaknya pencipta dan penggeraknya. Misteri ini membuat pandangan mengenainya terbelah menjadi dua. Pertama, yang menganggap bahwa alam semesta ini ada dan bergerak dengan sendirinya. Dan kedua, yang meyakini bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan dan menggerakkannya, yaitu Tuhan. Para fisikawan Barat sebagian besar masih meyakini bahwa alam semesta tidak diciptakan. Menurut hasil observasi mereka, jagad raya mempunyai usia yang tak terhingga dan keluasannya tidak terbatas. Sebab kalau ia terbatas atau terhingga, maka bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya gravitasi dari satu sisi saja, yaitu menuju pusat alam semesta. Sehingga lambat laun benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitaran pusat tersebut. Celakanya mereka belum pernah mengamati kemungkinan itu. Bahkan menurut mereka, bahwa alam semesta ini tidak