Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Kisah-kisah Gus Dur dan Coklat

Sumber foto: suaraislam Mengetahui kisah tentang Gus Dur, yang diperoleh bukan dari buku atau referensi tertulis lainnya, menurut saya lebih terasa berkesan. Kisah tentang seorang tokoh yang tak lekang oleh zaman dan terus dibicarakan di mana-mana, berdasar cerita tutur itu, memberikan satu gairah tersendiri. Minimal menurut kesan saya. Apalagi kisah itu berdasar sumber A1, wah sungguh sebuah anugerah yang istimewa. Seperti halnya pernah saya mendapat cerita dari seorang kepala madrasah di sebuah desa sebelah kampung saya. Bapak kepala madrasah tersebut menceritakan bahwa di sebuah malam puluhan tahun yang lalu, ia pernah menjemput Gus Dur di terminal Mojokerto, dan kemudian dibonceng menuju rumah seorang Gus di kampungnya itu, yang terletak di utara Sungai Brantas. Gus Dur blusukan malam-malam ke rumah Gus kelas kampung tersebut bukan bertujuan politik. Melainkan Gus Dur hanya ingin silaturrahim dan ngobrol santai. Serta ingin pijat-pijatan dengan Gus tersebut. Begitu yang di

Jamaah Millenial Memandang Berbagai Isi Khotbah

Bagaimana respon Anda, duhai manusia millenial, jika di sebuah forum shalat Jum’at, khatib yang menyampaikan khotbahnya ternyata berisi anasir-anasir yang menyinggung hati, sekalipun bersifat pribadi? Tentu saja berbagai respon akan muncul dengan bermacam variasi. Salah satunya sakit hati. Anda sakit hati, karena merasa sudah “digarap” oleh khatib tersebut. Meskipun sebenarnya khatib tersebut tidak kenal Anda. Tetapi materi yang menyentil-nyentil tersebut, jujur saja, membuat otak Anda mendidih. Sehingga badan yang sedianya duduk khusyuk mendengar khotbah, berubah tidak tenang. Kadang keringatpun berontak pula, keluar dari pori-pori kulit tanpa bisa dibendung. Anda boleh bersikap seperti itu. Namun perlu dipahami oleh semua jamaah Jum’at, bahwa isi khotbah yang menyentil-nyentil nurani jamaah, adalah hal biasa. Khatib, memang tugasnya untuk mengingatkan dan memotivasi para jamaah yang hadir. Khatib tidak terlepas dari basyiran wa nadziran, menyampaikan kabar baik dan peringatan.

Ketika Anakku Bertanya

Sumber foto: darunnajah.com Menjadi sebuah kebanggaan bagi setiap orang, ketika ada orang yang bertanya, ia bisa menjawabnya. Dengan jawaban yang terang, jelas dan bermutu. Dalam makna yang lain, jawaban itu sangat berbeda dibanding jawaban-jawaban orang lain. Unik dan luar biasa. Di acara tivi, terutama talk show, kita sering berdecak kagum kepada narasumber yang berhasil menjawab pertanyaan sang host, tanpa cela. Bahkan ketika jawaban tersebut sanggup menutup logika berpikir sang host, untuk menanyakan soal-soal yang lebih sulit lagi. Ketika itu terjadi, kita langsung mengunggul-unggulkan narasumber itu. Dalam catatan saya, para narasumber yang kerap “mengalahkan” host acara-acara tivi itu; Gus Dur dan Yusril Ihza Mahendra. Iya, Gus Dur dan Yusril, sering sekali membuat host sebuah acara kelabakan. Minimal menurut kacamata pandang saya. Anda semua pasti juga punya jagoannya sendiri-sendiri. Sangat sering terjadi, pada pertanyaan pertama saja di sebuah acara, sudah

Antara Politik, Pak Tua dan Pak Haji

Suatu ketika saya pernah secara terang-terangan memberi saran kepada seorang kenalan. Supaya ia tidak lagi terlalu serius ikut-ikutan politik. Bahkan saya katakan, di usia yang tidak lagi muda, sebaiknya ia menjauhi dunia politik yang sarat dengan urusan duniawi itu. Usia yang sudah udzur, tak pantas lagi memperjuangkan kekuasaan. Usia kenalan saya itu memang jauh lebih tua dibanding saya. Ia sepantaran dengan bapak saya, yang kini berusia 72 tahun. Berbanding puluhan tahun dari umur saya. Yang sebenarnya itu menunjukkan bahwa ia pantas saya anggap sebagai orang tua saya. Saran saya kepadanya itu adalah wujud kristalisasi berdasar pengamatan saya terhadap tindakannya selama ini. Ketika musim pemilu seperti sekarang ini, selalu saja ia bertindak menjadi tim sukses seorang caleg di kampungnya. Begitu pula ketika ada pilkada, lagi-lagi nama dia akan nampang menjadi tim sukses seorang calon pilkada. Namanya saja tim sukses, maka gerak dan geriknya hanya ingin memenangkan juragannya